Beranda | Artikel
Tauhid: Tidak Ada yang Pantas Menjadi Sekutu Allah
Rabu, 10 Desember 2008

Pembaca sekalian, seandainya seorang yang berakal menggantungkan harapannya kepada sesuatu yang tidak memiliki kekuasaan apa-apa tentu saja ini merupakan sebuah kebodohan. Anehnya tidak berhenti sampai di situ saja, bahkan dia rela mengorbankan harta dan nyawanya demi membela sesuatu yang tidak memiliki apa-apa itu. Tidakkah kita ingat bagaimana orang-orang kafir mengerahkan tenaga dan dana demi menyebarkan dakwah mereka yang sesat, dengan perang salib yang dahulu mereka kobarkan dan kristenisasi yang kini mereka lancarkan dan upaya meliberalkan ajaran Islam yang kini tengah marak di kalangan kaum cerdik cendekia. Itulah yang terjadi ketika mereka menjadikan selain Allah sebagai sekutu yang dibela dan dipuja-puja.

Tidak Punya Kok Diminta ?

Semua yang ada selain Allah sangat membutuhkan pertolongan Allah, sedangkan Allah sama sekali tidak membutuhkan hamba. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Apakah mereka mempersekutukan Allah dengan berhala-berhala yang tidak dapat menciptakan sesuatu pun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri adalah buatan manusia. Berhala-berhala itupun tidak mampu mampu memberi pertolongan kepada penyembahnya dan kepada dirinya sendiripun berhala-berhala itu tidak sanggup memberikan pertolongan.” (QS. Al A’rof: 191-192)

Di dalam ayat di atas disebutkan 4 kelemahan sesembahan selain Allah, yaitu: Statusnya sebagai makhluk, tidak mampu mencipta, tidak mampu membela diri dan tidak mampu membantu para penyembahnya. Jika salah satu kelemahan ini saja ada maka itu menjadikannya tidak pantas untuk disembah lalu bagaimana lagi jika keempat-empatnya terkumpul? (Lihat Mutiara Faedah Kitab Tauhid hal. 90)

Nabi Saja Tidak Berkuasa Apalagi yang Lainnya

Pada saat perang Uhud Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terluka di bagian kepala dan gigi taringnya. Menyaksikan permusuhan dari kaumnya yang seperti itu beliau pun mengatakan, “Bagaimana mungkin bisa beruntung suatu kaum yang melukai Nabi mereka?” Tapi kemudian Allah menurunkan ayat (untuk menegur beliau), “Tidak ada kekuasaan sedikit pun bagimu dalam urusan mereka itu, atau Allah menerima taubat mereka, atau Allah akan mengadzab mereka karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang zholim.” (QS. Ali Imron: 128) (HR. Al Bukhori secara mu’allaq). Kalau Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam saja yang merupakan makhluk termulia tidak mampu untuk menolak mudharat yang menimpa dirinya dan tidak memiliki campur tangan dalam urusan Allah sedikit pun maka yang selain Nabi tentu lebih tidak menguasai. Sebagaimana beliau tidak pantas untuk disembah maka yang lainnya pun lebih tidak pantas lagi (Lihat Mutiara Faedah Kitab Tauhid hal. 92)

Di antara faedah yang bisa dipetik dari hadits di atas adalah:

(1). Para nabi juga mengalami sakit dan luka dan ini menunjukkan bahwa mereka adalah manusia biasa, (2). Para nabi itu tidak memiliki kekuasaan apapun kecuali apa yang sudah ditaqdirkan Allah untuk mereka miliki lalu bagaimana lagi keadaan orang selain mereka (seperti para dukun dan paranormal yang sok pintar di jaman kita ini ?! -pen), (3). Tidak ada yang mengetahui penutup amal (hamba dalam hidupnya) kecuali Allah, (4). Taubat itu akan menghapus dosa yang dilakukan sebelumnya, (5). Kezholiman merupakan sebab turunnya adzab (Lihat Al Jadiid, hal. 140)

Bahkan Malaikat Pun Tidak Berdaya

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Apabila Allah hendak mewahyukan perintah-Nya, maka difirmankan-Nya wahyu itu dan langit-langitpun bergetar dengan keras karena takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Lalu apabila para malaikat penghuni langit mendengar firman tersebut pingsanlah mereka dan mereka bersimpuh sujud kepada Allah…” (HR. Ibnu Abi ‘Ashim di dalam As Sunnah, didho’ifkan Al Albani, sedangkan Al Arna’uth mengatakan derajat hadits ini hasan shohih)

Dalam Shohih Al Bukhori Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila Allah menetapkan perintah di atas langit maka para malaikat mengepakkan sayap-sayapnya karena patuh akan firman-Nya, seakan-akan firman yang didengar itu seperti suara gemerincing rantai yang ditarik di atas batu rata, hal itu memekakkan pendengaran mereka sehingga mereka jatuh pingsan karena ketakutan…” (Lihat Mutiara Faedah Kitab Tauhid hal. 93). Ini menunjukkan kepada kita bahwa para malaikat pun tidak memiliki kekuatan apa-apa tatkala harus berhadapan dengan kekuasaan Allah Ta’ala, mereka ketakutan bahkan pingsan hanya karena mendengar wahyu-Nya, lalu bagaimana lagi keadaan orang atau makhluk selain mereka? Maka sadarlah wahai para penyembah Ruhul Qudus betapa hinanya kalian menyembah sesuatu yang tidak menguasai apa-apa, adakah kejahilan yang lebih parah dari kejahilan semacam ini? Tidak ada artinya titel profesor dan doktor yang ada di depan nama kalian kalau masalah yang sudah amat gamblang ini pun kalian tidak bisa memahaminya.

Begitu pula orang-orang yang menjadikan wali yang telah mati sebagai perantara dalam berdo’a kepada Allah, yang memuja-muja batu yang bisu, yang mengeramatkan pohon karena katanya dulu pernah disinggahi orang sakti, yang merengek-rengek pada jin dengan olah kanuragan menggali tenaga dalam, yang rela membuang-buang harta di lautan untuk menghibur Ratu Laut Selatan supaya tidak marah. Siapakah sesembahan mereka itu, apakah mereka lebih mulia daripada para malaikat?! Tentu tidak, namun barangkali mereka lebih mencintai tradisi dan lebih mencari keridhoan tuan-tuan turis yang datang dari luar negeri, sehingga akidah yang suci ini pun rela mereka nodai. Wal ‘iyaadzu billah.

Kembalilah Kepada Akidah yang Murni

Saudaraku, semoga Allah merahmatimu, kita semua diciptakan Allah untuk mengabdi hanya kepada-Nya serta menolak sesembahan selain-Nya, karena segala yang dipuja dan disembah selain Allah adalah makhluk yang lemah dan tidak menguasai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk bertauhid dan melarang kita dari perbuatan syirik. Allah ta’ala berfirman, “Sembahlah Allah (saja) dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” (QS. An Nisaa’: 36). Dengan beriman kepada Allah dan mengingkari sesembahan selain Allah maka kita telah berpegang teguh pada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan pernah terputus. Allah Ta’ala berfirman, “Maka barangsiapa yang mengingkari thoghut (sesembahan selain Allah) dan beriman kepada Allah maka sungguh dia telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak tidak akan putus.” (QS. Al Baqoroh: 256)

Syirik Biang Permusuhan

Allah Ta’ala berfirman, “Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalaupun mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh Dzat yang Maha mengetahui.” (QS. Faathir: 13-14). Di antara faedah yang bisa dipetik dari ayat ini adalah: Bahwasanya kesyirikan itu merupakan penyebab terjadinya permusuhan antara para penyembah dengan sesembahan-sesembahan mereka (Lihat Al Jadiid, hal. 138). Lalu apa gunanya meredam murka Nyi Roro Kidul sekarang jika di hari kiamat nanti toh kalian akan menemuinya dalam permusuhan. Wallahu a’lam bish showaab.

***

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel www.muslim.or.id


Artikel asli: https://muslim.or.id/458-tidak-pantas-menjadi-sekutu-allah.html